CAHAYA DZIKIR DALAM TUBUH MANUSIA




CAHAYA DZIKIR DALAM TUBUH MANUSIA




CAHAYA DZIKIR  DALAM TUBUH MANUSIA





Manusia terdiri dari unsur jasad dan ruh. Jasad dengan segala
kebutuhannya menarik manusia ke bumi. Adapun ruh, ia membawanya naik ke
langit. Setiap kali mendekat ke bumi, ia semakin jauh dari langit,
sehingga hubungannya dengan Allah melemah. Bahkan, terkadang ia sampai
pada kondisi di mana hubungannya dengan Allah terputus sama sekali, dan
ia menjadi orang yang sangat lekat dengan bumi Inilah yang kita dapati
dalam firman Allah swt, “Tetapi dia cenderung kepada dunia.” (al-A`raf
[7]: 176).





Begitu pula sebaliknya, setiap kali ruh dan hati
manusia lepas dari ikatan-ikatan bumi, ia akan naik ke langit, sehingga
hubungannya dengan Pencipta semakin kuat, mencapai derajat penisbatan
kepada-Nya, sehingga ia pun menjadi hamba yang rabbani. Oleh karena itu,
hanya ada satu pilihan dalam penisbatan ini; ke bumi atau ke langit.


Banyak cara dan metode agar kita bisa lepas dalam ikatan Jasad (bumi)
salah satunya adalah metode dzikir. Jika seseorang Salik (pencari
Tuhan) dalam dzikirnya telah :


1. Jalur enerjinya dari tulang ekor sudah naik ke ubun-ubun kepala


2. 7 Lathoif sudah aktif


3. 7 cakra juga sudah aktif


4. Garis atau Jalur La ilaha illallah ditubuh sudah terbentuk dan aktif




Maka ketika dzikir La ilaha illallah ditancapkan ke hati, cahaya dzikir
akan menyebar keseluruh tubuh lewat peredaran darah, seluruh tubuh akan
bercahaya dan membentuk Tulisan La ilaha illallah dengan cahaya
keemasan.



Sebagaimana ketika fajar menyingsing, maka malam yang
gelap adalah simbol bumi atau tubuh manusia, sedangkan cahaya matahari
yang menyinari bumi adalah simbol dari wujud Ruh yang terang berwarna
kuning keemasan menyinari tubuh.



عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ ،
عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي :
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ " .


Dari Amri Bin
suaib, DariBapaknya, dari kakeknya berkata, Nabi Saw. bersabda :
Seutama-utama ucapan yang pernah kusebutkan, begitu pula para Nabi
sebelumku ialah LAA ILAAHA ILLALLAAH. (Hr. Tirmidzi)



Nabi
Muhammad SAW bersabda : "Allah berfirman: "laa ilaha illallah kalam-KU
dan Aku-lah dia. Barang siapa mengucapkannya maka masuk dalam
perlindungan-Ku, dan barang siapa masuk lindungan-Ku maka aman dari
siksa-Ku". (HR. Syairazi dari Ali kwh.)



Dengan dasar pondasi di
atas seorang salik bisa melanjutkan perjalanan jiwanya menuju Maqam
Mukafahah, Tahap ruhaniah seseorang yang berdzikir berkasih sayang
dengan Allah. Dalam maqam ini, kecintaan pada selain Allah telah hilang
sama sekali.



Lalu menuju Maqam Fana' Fillah, Kondisi di mana rasa
keinsanan seseorang melebur ke dalam rasa ketuhanan, serta secara fana
melebur dalam keabadian Allah.

Kemudian meluncur ke Maqam Baqa'
Billah, Pencapaian tahap dzikir, di mana kehadiran hati seorang hamba
hanya bersama Allah semata.



Jika sudah mencapai ke Langit, jangan
lupa tubuh kita masih menginjak bumi, Nabi Muhammad Saw, suri tauladan
yang sempurna, beliau telah berkali-kali miri’roj mencapai “langit” tapi
beliau bisa membumikan ajaran langit dengan sempurna.





By : Cahaya Gusti



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISLAM DAN MEDITASI

FASAL TENTANG QORIN