AZIMAT & RAJAH



Bab 



TENTANG AZIMAT & RAJAH



 





Setelah
ttg khodan, qorin & hizib, sekarang kita masuk fasal ttg Azimat
& rajah yg juga sering menjadi sorotan para ustadz" karbitan hasil
diklat dan seminar yg dg gampang brkoar" ttg kemusyrikan & bid'ah
dan sekaligus sbg bahan renungan bg orang" yg sok tahu ( SOTOEY )








KAJIAN ILMIYYAH TENTANG JIMAT DAN RAJAH






بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Tulisan
kami kali ini dilatar belakangi keprihatinan atas sikap gegabah yang
ditunjukkan oleh sebagian kalangan (baca : Ustadz) dalam menyikapi
permasalahan Jimat dan atau Rajah.



Sering kita jumpai
di salah satu stasiun TV swasta nasional, dengan enteng dan mudahnya
seorang ustadz memvonis bahwa setiap Jimat dan atau Rajah adalah
syirik….. adakah fakta hukumnya memang demikian?

Yang lebih
menyedihkan, mereka mengkategorikan Hizib sebagai salah satu cara
meminta bantuan kepada Jin… bagi kami ; Ini adalah sikap dan pernyataan
seseorang yang tidak memahami permasalahan….



Penulis
bukanlah mujtahid yang mampu menjelaskan permasalahan ini, sehingga
dalam tulisan kali ini penulis menyandarkannya pada pendapat para Ulama
yang memiliki kompetensi yang diakui oleh banyak kalangan dari
generasi ke generasi.



Mengawali kajian kita kali ini,
ada baiknya kita mengenal dulu istilah-istilah yang digunakan baik
dalam literatur fiqih maupun hadits khususnya dalam perkara ini…



Ruqyah : Mantera, Jampi-jampi, atau Jimat.



Tamimah : Manik-manik yang dikalungkan di leher anak kecil guna menolak penyakit.

Selanjutnya
para Ulama menggunakan kosa kata “Tamimah” tersebut untuk menyebut
kertas yang didalamnya dituliskan Al Qur’an atau Asma Alloh.



Tiwalah : Jimat pengasihan yang biasa digunakan untuk menarik simpatik lawan jenis.



Nusyroh : Jimat untuk mengobati seseorang yang terkena gangguan Jin.



Wifiq (Awfaq) : Jimat berupa Rajah yang tersusun dari rumusan angka-angka.



Sebagian
kalangan ada yang kurang bijak dan terkesan pukul rata atau dalam
pribahasa jawa “Gebyah Uyah Podho Asine” menganggap semua jenis Jimat
adalah syirik berdasar Sabda Rosululloh Saw :




عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ



Dari
Abdulloh Ibn Mas’ud –rodhiyallohu ‘anhu- ia berkata : Aku mendengar
Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda : “Sesungguhnya
mantera, jimat dan tiwalah adalah syirik”. (HR. Abu Dawud, Al Hakim,
Ahmad, Ibn Majah)



Secara literal dan general hadits
diatas memberi kesimpulan bahwa segala macam mantera, jimat dan tiwalah
adalah syirik dan haram.



Akan tetapi memvonis syirik
atas perkara-perkara tersebut dengan hanya mengacu pada literal dan
generalnya hadits diatas tanpa memperhatikan hadits-hadits terkait yang
lain adalah tindakan gegabah dan kurang hati-hati.

Terlebih
menyangkut vonis Syirik… Mengingat terdapat hadits-hadits lain yang
mestinya menjadi perhatian dan pertimbangan sebelum menyimpulkan
perkara tersebut.



Diantaranya adalah hadits Shohih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohih-nya :




عَنْ
جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ الرُّقَى فَجَاءَ آلُ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ
كَانَتْ عِنْدَنَا رُقْيَةٌ نَرْقِي بِهَا مِنْ الْعَقْرَبِ وَإِنَّكَ
نَهَيْتَ عَنْ الرُّقَى قَالَ فَعَرَضُوهَا عَلَيْهِ فَقَالَ مَا أَرَى
بَأْسًا مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَنْفَعْهُ



Dari
Jabir –rodhiyallohu ‘anhu- ia berkata : Rosululloh –shollallohu ‘alaihi
wasallam- melarang Ruqyah/mantera/jampi-jampi, kemudian datang keluarga
Amr Ibn Hazm kepada Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam-, mereka
berkata : “Kami memiliki Ruqyah/Jampi-jampi untuk mengobati sengatan
kalajengking, sedangkan engkau telah melarang Ruqyah/jampi-jampi
tersebut”.



Selanjutnya mereka (keluarga Amr)
memperlihatkan jampi-jampi tersebut kepada Rosululloh –shollallohu
‘alaihi wasallam- Maka beliau bersabda : “ Menurutku tidak apa-apa,
barang siapa mampu memberi manfaat untuk saudaranya maka hendaklah ia
memberi manfaat pada saudaranya.”(HR. Muslim)



Juga hadits lain dalam Shohih Muslim :




عَنْ
عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ كُنَّا نَرْقِي فِي
الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ
فَقَالَ اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ
يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ



Dari Auf Ibn Malik Al Asyja’iy, ia
berkata : Kami melakukan Ruqyah pada masa Jahiliyah, lalu kami berkata :
Yaa Rosulalloh, bagaimana menurutmu ?



maka Beliau bersabda : “Perlihatkan Ruqyahmu padaku. Ruqyah tidak apa-apa selama tidak mengandung syirik.”(HR. Muslim)



Oleh
karenanya kita mendapati sikap dan pandangan para Ulama’ yang tidak
meng-“Gebyah Uyah Podho Asine”- (memukul rata dan memvonis syirik
segalah jenis Ruqyah/Jampi-jampi).



Berikut penjelasan para Ulama dalam masalah tersebut, diantaranya adalah :



Imam An Nawawi dalam Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab



Setelah
menyampaikan hadits dari Abdulloh Ibn Mas’ud yang berbunyi : Aku
mendengar Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda :
“Sesungguhnya Ruqyah, Tamimah dan Tiwalah adalah Syirik… dst (HR. Abi
Dawud, Ibn Majah)



Imam An Nawawi mengutip pernyataan Abu ‘Ubaid, ia berkata :




التولة – بكسر التاء – هو الذى يحبب المرأة إلى زوجها وهو من السحر قال وذلك لا يجوز



At
Tiwalah –dengan dibaca kasroh pada huruf Ta’- adalah jimat yang
dipergunakan untuk menjadikan perempuan mencintai suaminya, dan hal ini
adalah termasuk bagian dari sihir.

Abu Ubaid berkata : “Yang demikian itu tidak boleh.”



Selanjutnya Imam An Nawawi berkata :




(وأما) الرقاء والتمائم قال فالمراد بالنهي ما كان بغير لسان العربية بما لا يدرى ما هو



Adapun
Ruqyah dan Tamimah, maka yang dimaksud dengan larangan dalam hal tsb
adalah yang tidak menggunakan bahasa arab/bahasa yang tidak dapat
dimengerti maksudnya.



Berikutnya Imam An Nawawi berkata :


*
قال البيهقى ويقال ان التميمة خرزة كانوا يعلقونها يرون أنها تدفع عنهم
الآفات ويقال قلادة يعلق فيها العود وعن عتبة بن عامر قال (سمعت رسول الله
صلى الله عليه وسلم يقول من علق تميمة فلا اتم الله له ومن علق ودعة فلا
ودع الله له) رواه البيهقى وقال هو ايضا راجع إلى معنى ما قال ابو عبيدة
قال ويحتمل أن يكون ذلك وما اشبه من النهى والكراهة فيمن يعلقها وهو يرى
تمام العافية وزوال العلة بها على ما كانت عليه الجاهلية وأما من يعلقها
متبركا بذكر الله تعالى فيها وهو يعلم ان لا كاشف له الا الله ولا دافع عنه
سواه فلا بأس بها ان شاء الله تعالى



Al Baihaqi berkata
: Dan dikatakan bahwa “Tamimah” adalah manik-manik yang dikalungkan,
dan mereka beranggapan bahwa kalung tersebut dapat menolak bahaya.
(Sedang dlm pendapat lain) dikatakan bahwa : Tamimah adalah kalung yang
padanya diikatkan kayu.



Dari ‘Utbah Ibn Amir, ia
berkata : Aku mendengar Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam-
bersabda : “Barangsiapa mengalungkan Tamimah maka Alloh tidak
menyempurnakan baginya, dan barangsiapa mengalungkan “Wad’ah”
(manik-manik) maka Alloh tiadak menitipkan titipan padanya .” (HR. Al
Bayhaqi)

.

Al Baihaqi berkata : “ Pengertian hadits
tersebut juga dikembalikan pada pernyataan Abu ‘Ubaidah, ia berkata : “
Hadits tersebut dan hadits-hadits senada yang bermuatan larangan atau
kemakruhan diperuntukkan bagi orang yang mengalungkan “Tamimah” sedang
ia menganggap bahwa keselamatan dan hilangnya penyakit disebabkan
“Tamimah” tsb, sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyah.



Adapun
seseorang yang mengalungkan “Tamimah” dengan maksud Tabarruk dengan
penyebutan Asma Alloh Ta’aala yang ada didalamnya, dan ia meyakini bahwa
tiada yang dapat membuka jalan baginya juga tiada yang menolak
keburukan darinya kecuali Alloh, maka hal tersebut tidak mengapa –Insya
Alloh-“. (Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, vol. 9, hlm. 66)



Al Hafizh Al Munawi dalam Faidhul Qodiir




(إن
الرقى) أي التي لا يفهم معناها إلا التعوذ بالقرآن ونحوه فإنه محمود
ممدوح (والتمائم) جمع تميمة وأصلها خرزات تعلقها العرب على رأس الولد لدفع
العين توسعوا فيها فسموا بها كل عوذة (والتولة) بكسر التاء وفتح الواو
كعنبة ما يحبب المرأة إلى الرجل من السحر (شرك) أي من الشرك سماها شركا لأن
المتعارف منها في عهده ما كان معهودا في الجاهلية وكان مشتملا على ما
يتضمن الشرك أو لأن اتخاذها يدل على اعتقاد تأثيرها ويفضي إلى الشرك ذكره
القاضي وقال الطيبي رحمه الله المراد بالشرك اعتقاد أن ذلك سبب قوي وله
تأثير وذلك ينافي التوكل والانخراط في زمرة الذين لا يسترقون ولا يتطيرون
وعلى ربهم يتوكلون لأن العرب كانت تعتقد تأثيرها وتقصد بها دفع المقادير
المكتوبة عليهم فطلبوا دفع الأذى من غير الله تعالى وهكذا كان اعتقاد
الجاهلية فلا يدخل في ذلك ما كان بأسماء الله وكلامه ولا من علقها تبركا
بذكر الله عالما أنه لا كاشف إلا الله فلا بأس به



Bahwasannya
“Ruqyah” atau jampi-jampi/Jimat yang didalamnya tidak mengandung
pengertian kecuali berlindung dengan al qur’an atau sejenisnya, maka hal
tersebut adalah perkara yang terpuji.

Adapun Tamimah yang
ashalnya adalah manik-manik yang oleh orang Arab dikalungkan dikepala
seorang anak untuk menolak penyakit ‘Ain…… dst… sampai pada penjelasan
beliau :



Tidak termasuk dalam masalah ini (yang musyrik
dan dilarang) Jimat yang didalamnya terdapat Asma Alloh dan
firman-Nya, dan juga orang yang mengalungkannya dengan tujuan
“Tabarruk” dengan disebutnya Asma Alloh didalamnya, dan ia meyakini
bahwa tiada yang dapat memberi jalan keluar kecuali Alloh, maka yang
demikian tidak mengapa “. (Faidhul Qodiir, vol. 2, hlm. 434)



Al Hafizh Al Bayhaqi dalam As Sunan Al Kubro




والقول فيما يكره من النشرة وفيما لا يكره كالقول في الرقية وقد ذكرناه



Pembahasan
tentang hukum “Nusyroh” (Jimat untuk menyembuhkan dari gangguan jin)
yang makruh dan yang tidak makruh sama dengan ruqyah” (As Sunan Al
Kubro, 9/351)



Al Imam As Syafi’iy dan Ruqyah




الربيع قال : سألت الشافعي عن الرقية فقال لا بأس أن يرقي الرجل بكتاب الله وما يعرف من ذكر الله



Ar
Robi’ berkata : “Aku bertanya kepada Imam As Syafi’iy tentang Ruqyah,
maka beliau menjawab : “Tidak mengapa jika seseorang
me-Ruqyah/jampi-jampi dengan kitab Alloh dan perkara yang diketahui
sebagai dzikir kepada Alloh” (As Sunan Al Kubro Lil Bayhaqi, 9/349)



Al Imam Ahmad dan Tamimah




رأيت
على ابن أحمد وهو صغير تميمة في رقبته في أديم. وفعله الإمام أحمد بنفسه
كما في مسائل عبد الله: 3/1345، ومناقب الإمام أحمد: 242 لابن الجوزي،
وبدائع الفوائد: 165.



Aku melihat putra Imam Ahmad sewaktu masih kecil dilehernya dikalungkan Tamimah dari kulit.

Dan
Imam Ahmad melakukannya sendiri, sebagaimana dalam Masail Abdulloh Ibn
Ahmad, 3/1354, Manaqib Imam Ahmad, 242. Badai’ul Fawaaid, 165. (Ta’liq
Masailul Imam Ahmad Wa Ishaq Ibn Rohuyah, 9/4712)



Kesimpulan



Selain “Tiwalah”, (Pengasihan) hukumnya boleh dengan catatan :



– Berisi ayat-ayat Alloh atau Asma Alloh, dan atau tidak berisi perkara yang tidak dapat dimengerti maksudnya.


Tetap meyakini bahwa jimat-jimat/Ruqyah/Tamimah/Nusyroh tersebut
hanyalah media Tabarruk dengan ayat-ayat Alloh atau Asma Alloh, sedang
pemberi kesembuhan dan atau penolak bahaya hanyalah Alloh tiada sekutu
bagi-Nya.



Penulis berharap kepada segenap pendakwah Islam, hendaknya memahami permasalahan yang ingin disampaikan…



jangan
sampai kecerobohan dan kebodohan kita menjadi fitnah bagi Islam dan
Ummat Islam itu sendiri… Ingatlah wanti-wanti Nabi Mulia tentang tanda
akhir Zaman :




عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ
الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ
الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ
عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا



Dari Abdillah Ibn Amr Ibn ‘Ash, ia berkata : Aku mendengar Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda :

“Sesungguhnya
Alloh tidak mengambil ilmu dengan mencabut dari (dada) para hamba-Nya,
akan tetapi Alloh akan mengambil ilmu dengan cara mewafatkan para
Ulama hingga tak tersisa seorang alimpun.



(ketika itu)
manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin (panutan),
ketika mereka ditanya maka mereka akan berfatwa tanpa ilmu, maka
(akibatnya) mereka tersesat dan menyesatkan”. (HR. Al Bukhori)

Semoga Alloh senantiasa mencurahkan rahmat-Nya serta senantiasa memberikan bimbingan kepada kita semua….



Wallohu A’lam Oleh: Aswaja center



 Oleh Kyai Jamas






Komentar

Postingan populer dari blog ini

CAHAYA DZIKIR DALAM TUBUH MANUSIA

SIRR AYAT KURSI

FASAL TENTANG QORIN